Bantul, gushilmy.id – Website pondok pesantren masih banyak yang hanya memuat informasi pendaftaran. Atau hanya aktif ketika masa penerimaan santri/siswa baru. Informasi terkait kegiatan santri dan pesantren pun terhitung sangat jarang.
Pengelola website sendiri masih sangat minim dalam mengoptimalkannya sebagai media dakwah berkarakter sehingga dapat memunculkan keistimewaan suatu pesantren. Paling tidak, bisa dijadikan referensi oleh santri.
Anggapan inilah melatarbelakangi diadakannya Diskusi Santri Optimalisasi Media Dakwah Pesantren yang diselenggaran di Aula Komplek G, PP Al Munawir Krapyak Yogyakarta (5/11/2019).
Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A. atau akrab disapa Gus Hilmy dalam materinya mengatakan bahwa masyarakat luas membutuhkan keilmuan dasar yang dipelajari santri. Maka yang dipelajari oleh santri perlu disampaikan kepada masyarakat melalui website. Misalnya tentang sesuci, salat, puasa, dan lain-lain.
“Saya pernah menyeleksi dosen UNU. Ada yang kesulitan ketika ditanya pengetahuan agama. Saya tanya, belajar agama dari mana? Dari internet, katanya. Nah, yang seperti jangan sampai salah ketemu website. Website kita harus lengkap terkait keilmuan ini,” kata Gus Hilmy.
Pernyataan ini pun didukung oleh Ir. Suhada, ST., MBA., IMP., selaku pembicara. Menurutnya, penyebaran ajaran agama melalui internet sangatlah masif, terstruktur, dan berjejaring. Bahkan, ada pengkaderan yang dimulai sejak masih di bangku sekolah dan kuliah. Hal ini dipacu oleh keinginan belajar agama. Mereka mencari figur, guru yang bisa mengajarkan ngaji, biasanya yang mau dakwah di kampus juga orang-orang yang juga baru belajar agama.
“Hal ini berpotensi salah dalam penafsiran ajaran agama atau yang kita kenal saat ini dengan radikalisme. Tapi pamahaman mengenai radikalisme di kalangan masyarakat masih salah. Ini menjadi tugas santri untuk meluruskan penafsiran ajaran agama. Salah satunya melalui website,” ujar Suhada.