Dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda, Lembaga Kajian Santri Nusantara (LKSN) menyelenggarakan acara Dialog Santri dengan tajuk Refleksi Sumpah Pemuda, Santri dan Pancasila di Kompleks H, Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta (28/10/2019).
Dalam refleksi itu, Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A. atau akrab disapa Gus Hilmy menyampaikan bahwa Pancasila merupakan dasar negara yang telah disepakati bersama. Nahdlatul Ulama merupakan ormas pertama yang menerima dasar negara tersebut.
“Tantangannya hari ini adalah bagaimana santri bisa mempertahankan Pancasila dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Inilah dasar negara yang disepakati seluruh bangsa. Dan bagi saya, kita sebagai kaum muslim in, sebagaimana kita melaksanakan syariat agama kita, Pancasila adalah syariat kita dalam bernegara,” ungkap Gus Hilmy sebagai pembicara dalam diskusi itu.
Gus Hilmy yang merupakan anggota DPD RI, juga ditemani oleh anggota DPD RI lainnya Evi Zainal Abidin, B.Comm (DPD RI Jawa Timur) dan Ir. H. Bambang Sutrisno, M.M. (DPD RI Jawa Tengah).
Lebih lanjut, Gus Hilmy menyampaikan bahwa melalui pemerintah, negara telah berusaha mengakomodir keinginan seluruh bangsa. Tidak ada yang dianaktirikan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi.
“Negara kita bukan negara Islam, tapi memiliki toleransi yang luar biasa. Kita punya UU Zakat, UU Umrah dan Haji, UU Pesantren, dan lain-lain. Artinya, kemauan kita diakomodir oleh negara kita. Maka jangan meminta hal berlebih. Kalau keinginan kita belum tercapai, harus bertahap dulu. Tidak boleh instan,” ungkapnya.
Mengenai Sumpah Pemuda, Gus Hilmy juga menyampaikan bahwa di masa lalu, pemuda kita di masa lalu sudah mampu merumuskan sebagai dasar nasionalisme bangsa kita. Satu bangsa, bahasa, dan tanah air. Ini adalah rintisan para pemuda untuk bangsa ini. Lalu apa kaitannya dengan santri?
“Santri itu penjelmaan dari kiai, dan kiai adalah pewaris Nabi. Jadi, santri harus senantiasa meneladani dan menanamkan dalam diri santri dengan sifat-sifat Nabi Muhammad Saw,” kata Gus Hilmy.