Puisi ini merupakan terjemahan bebas dari bait-bait awal Qashidah Burdah karya Imam Muhammad al-Bushiri.
Puisi ini saya beri judul:
KANJENG PENDEKAP
Apa hanya karena teringat padamu, hai kekasih,
atau sebab hembusan angin Kadzimah dan kilau kilat Idzam, air matamu mengalir deras?!
Bila tidak,
lalu mengapa meski kau tahan-tahan,
matamu tetap basah, dan hatimu merasa gundah?!
Apakah mungkin orang yang sedang dilanda asmara
mampu menyembunyikan cinta,
di antara tangis dan hati yang bergelora?!
Jika bukan karena cinta,
tentu takkan kau tangisi puing-puing rumahnya.
Jika bukan karena cinta,
takkan kau susah tidur mengingat taman dan bukit di tempat tinggalnya.
Bagaimana mungkin kau ingkari cinta,
sedang derita dan air mata telah menjadi saksi tanpa dusta?!
Bagaimana mungkin kau enggan mengakuinya,
sedang wajah pucat dan mata merahmu membuktikannya.
Okelah kalau begitu. Saya akui, ia terlintas dalam mimpiku
yang menyebabkanku susah tidur.
Dan ternyata, begini tho rasanya cinta.
Cinta menghalangiku dari nikmat tidur dan sukacita,
gara-gara menahan derita.
Hai para pencela, hatters, aku mengakui,
benar bahwa aku mencintainya. Maaf.
Tapi bila engkau mengalaminya,
engkau akan mengalami hal yang sama.
…………………..….
Benar bahwa aku mencintai orang yang senantiasa menghidupkan malam hingga bengkak kakinya;
orang yang kuat menahan haus dan lapar,
bahkan menutup perutnya dengan bebatuan;
orang yang tidak butuh emas dan harta benda meski sebesar gunung,
Dan bagaimana mungkin dia tertarik dengan gemerlap dunia,
sedang dunia tercipta disebabkannya…
Dialah Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu alayh wa sallam,
teladan dan pemimpin segala dunia…,
kekasih yang senantiasa dinanti dekap pertolongannya
di setiap bencana yang datang mengancam.
هو الحبيب الذي ترجى شفاعته # لكل هول من الأهوال مقتحم
يا رب بالمصطفى بلغ مقاصدنا # واغفر لنا ما مضى يا واسع الكرم