Pada Jumat, 10 Januari 2020, Pengurus Majlis Wakil Cabang (MWC) NU Turi Sleman masa khidmat 2019-2024 dilantik Ketua PCNU Sleman KH Ismail S Ahmad. Acara pelantikan berlangsung di Rumah Bapak Drs. H. Pudjiono Kendal RT 03 RW 11 Bangunkerto, Turi, Sleman.

Pelantikan diawali dengan pembacaan Surat Keputusan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Sleman nomor 056/SK/PCNU-SLM/I/2020 tanggal 08 Januari 2020 tentang pengesahan Majelis Wakil Cabang kecamatan Turi masa khidmat tahun 2019-2024. Salinan SK disampaikan ke PWNU DIY sebagai laporan.

Kiai Ismail meminta kesediaan pengurus baru yang akan dilantik, apakah bersedia mengucapkan ikrar sebagai bentuk janji setia kepada Nahdlatul Ulama. Dengan pengucapan ikrar, pengurus secara resmi sudah dilantik sebagai Pengurus MWC NU Turi masa khidmat 2019-2024. Setelah prosesi pelantikan dilanjutkan dengan prosesi jabat tangan dan foto bersama antara pengurus dan pejabat-pejabat yang hadir.

Acara ini dihadiri berbagai tamu, yakni KH Ismail S. Ahmad (Ketua PCNU Sleman), Drs. Jamhari (Sektretaris PCNU Sleman), Drs. H. Syamsuri (Kasepuhan PCNU Sleman), Drs. Pudjiono (Mustasyar PCNU Sleman), KH. Abdul Rosyid (Rois Syuriah MWC Turi), H. Sumardi (Ketua MWC NU Turi), Komandan Koramil Turi, Perwakilan Polsek Turi, Anas Makruf (Lurah Bangunkerto).

Dalam acara ini, Wakil Rais Syuriah PWNU DIY KH Dr Hilmy Muhammad menyampaikan selamat kepada pengurus MWC NU Kecamatan Turi yang baru saja dilantik.

“Semoga program-program yang direncanakan oleh MWC NU Kecamatan Turi dapat berjalan dengan lancer, diberikan kemudahan dan kesuksesan. Pelantikan MWC sangat luar biasa karena dapat dihadiri oleh unsur dari pemerintahan, Polri, dan TNI. Hal ini menunjukkan bahwa MWC NU dapat bersinergi dengan unsur-unsur pemegang kebijakan, Polri, dan TNI,” tegas Gus Hilmy, panggilan akrabnya, yang juga anggota DPD RI.

Kepada pengurus yang baru saja dilantik, Gus Hilmy menegaskan bahwa pengurus harus memiliki modal kemauan turun ke bawah, ke masyarakat untuk menjaring aspirasi dan menanyakan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan masyarakat di tingkat ranting.

“Pengurus juga dapat bertanya kepada banom-banom NU, seperti IPNU, IPPNU, Muslimat, Fatayat, maupun Ansor. Dengan modal itu, apa yang menjadi rancangan program dapat dikomunikasikan ke pejabat pemerintahan maupun anggota legislatif. Misalnya, program apa saja yang dapat disinergikan antara MWC NU dengan pemerintah melalui APBD atau APBN. Sehingga program dapat tepat sasaran, yaitu dapat menjawab kebutuhan masyarakat,” lanjut Gus Hilmy.

Gus Hilmy menegaskan juga bahwa masyarakat Turi mempunyai rumusan apa atau program apa yang dapat dibawa ke Jakarta. Adanya banyak program di kementerian maupun dinas, seperti BLK dari Kementerian Tenaga Kerja bisa diakses oleh masyarakat kalau kita punya keinginan yang kuat untuk mendapatkannya. Pada prinsipnya, MWC NU harus bergerak ke bawah untuk mencari aspirasi dan ke atas mencari program yang terkait. Kuncinya adalah dapat bersinergi.

“Hari ini adalah Hari Penanaman Sau Juta Pohon. Saya mengajak masyarakat Turi untuk menanam pohon. Maknanya bukan hanya pohon secara fisik, namun menyadari akan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan hidup. UNICEF mencanangkan My Earth My Responsibility. Dalam Alquran, 1400 tahun yang lalu telah disebutkan bahwa manusia adalah kholifah di bumi. Maka dari itu, sebagai pribadi harus bisa mengingatkan diri sendiri dan tetangga untuk menjaga lingkungan hidup, salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan. Dalam lirik Syubbanul Wathon jelas disebutkan bahwa hubbul wathon minal iman bermakna, kita sebagai orang NU mempunyai tanggung jawab mencintai tanah air. Bukan hanya soal ideologi, namun juga soal kecintaan terhadap lingkungan,” pungkas Gus Hilmy.

Sementara itu, Ketua PCNU Sleman KH Ismail S Ahmad menegaskan bahwa pengurus MWC NU Turi merupakan ujung tombak merupakan ujung tombak untuk even pada tahun 2026, yaitu 1 abad NU. Maka dari itu, pengurus ini harus mempersiapkan diri untuk menyambut 1 abad NU.

“Saya menekankan untuk melakukan pengkaderan yang baik, jangan sampai kendor, dan harus dipersiapkan dengan baik untuk memunculkan kader-kader. Imam Ghozali mengatakan bahwa membentuk kader itu lebih baik dari sekedar pembangunan fisik. Oleh karena itu, kader-kader NU di kecamatan Turi harus lebih bersemangat. Pengurus NU yang baru kami dorong untuk giat melakukan pengkaderan melalui PKP NU,” tegas Kiai Ismail.

Poin kedua, lanjut Kiai Ismail, adalah penguatan organisasi. PCNU Sleman mendorong ranting-ranting yang belum memiliki kepengurusan NU, maka didorong untuk segera terbentuk. Contohnya kepengurusan IPNU IPPNU, Ansor, dan Fatayat-nya.

“Saya melihat bahwa MWC NU Turi sudah berhasil membeli ambulance dari Koin NU. Saya mendorong untuk ditingkatkan, khususnya melalui LAZISNU karena sudah legal di Kementerian Agama,” pungkas Kiai Ismail. (yan/Bangkitmedia.com)