KH. Zainal Abidin Munawwir Krapyak terkenal sebagai kiai yang sangat rigid dalam menjaga akidah. Antara yang paling beliau jaga adalah masalah patung. Beliau meyakini, keberadaan patung dapat membuat hidup kita sengsara di akhirat dan menjadikan malaikat lari menjauh, sebagaimana banyak hadits shahih menyatakan hal itu.

Kisahnya, di sebelah sudut Krapyak, ada produsen kerajinan tangan yang memajang patung kuda tinggi besar, yang diletakkan di depan pabrik tersebut. Kiai Zainal berkali-kali mengingatkan pemiliknya dan masyarakat sekitar terhadap mafsadah yang barangkali ditimbulkannya. Beliau bahkan menyuruh para santri untuk ngrudug rumah tersebut dan merobohkan patung itu. Setelah dilakukan mediasi dengan pemiliknya, akhirnya dicapai kata sepakat, rumah tersebut diberi pagar tembok.

Pagar tembok rumah pun dibangun. Namun sayangnya, pagar yang dimaksud tingginya hanya sekitar dua meteran. Tentu, patung kudanya masih terlihat gagah, karena tingginya menjulang hampir empat meter. Dan tentu, Kiai Zainal belum terima dengan kenyataan itu. Mediasi pun diupayakan kembali. Hasilnya, tembok rumah harus ditinggikan lagi setinggi hampir empat meter. Jadi sekarang, kalau dilihat dari luar, patung kuda itu hanya terlihat mata, kuping dan jambulnya.

***

Keyakinan Kiai Zainal tentang bahaya patung juga terlihat jelas setiap beliau pergi ke Magelang. Dari Jogja, beliau senantiasa meminta agar sopir kalau bisa menghindar dari daerah Kali Belan Muntilan, karena di seputar jalannya terdapat banyak toko, penjual dan pengrajin patung. Kalau kemudian terpaksa melewati jalan tersebut, maka sambil lewat beliau akan mengingatkan para penumpang terhadap bahaya patung, sambil beberapa kali istighfar, sedang beliau sendiri mengungkapkan semuanya dengan cara mengalihkan pandangannya ke arah lain, atau sambil memejamkan mata!

***

Istri beliau, Ibu Nyai Ida Fatimah, yang biasa membuat kue tart, diminta oleh salah seorang temannya membuat kue tart untuk hiasan pengantin. Bu Nyai dengan keahliannya kemudian berhasil membuat kue tart yang lumayan tinggi. Di atasnya tak lupa diberi kue yang dibentuk dan dihias seperti pasangan pengantin. Sesudah jadi, kue tersebut ditaruh di atas meja, sambil mempersiapkan beberapa keperluan lainnya untuk dibawa ke tempat pelaminan. Ketahuan Kiai Zainal. Beliau menghampiri meja dan berkata: “Iki ki yo patung!” (Ini juga patung), sambil beliau nyuwil (mengambil) bagian kepala “patung” pengantin.