Pancasila merupakan mitsaqan ghaliza (perjanjian agung) bagi bangsa Indonesia. Salah satu hal yang bisa menyatukan antara Islam dan Demokrasi. Sementara itu, banyak bangsa gagal Ketika menjumpai persimpangan Islam dan Nasionalisme sehingga melahirkan konflik berkepanjangan.
“Alhamdulillah kita punya Pancasila yang mana bisa mensinergikan sehingga kita bisa berbangsa dan bernegara dengan aman tentram, ini yang patut kita syukuri karena di saat yang sama, banyak yang gagal meramu antara Islam dan Demokrasi,” ujar Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A. selaku anggota MPR RI pada Sosialisasi 4 Pilar MPR RI di Aula Ma’had Aly Krapyak Yogyakarta pada Rabu (10/03) malam.
Prof Mustaqim menyatakan bahwa Pancasila memang bukan agama, namun Pancasila tidak bertentangan dengan agama apa pun, termasuk di dalamnya agama Islam. Ia kemudian membuktikan bahwa dalam Pancasila terdapat ajaran-ajaran Islam.
“Jika dibedah, Sila Pertama menunjukkan substansi tauhid. Belum lagi nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan yang kesemuanya adalah nilai-nilai agama Islam. Yang terakhir adalah nilai wasathiyah, menjadi suatu yang paradok Ketika seorang semakin mengenal Islam namun justru semakin tidak cocok dengan negara,” ajarnya.
Sementara itu, Dr. Tamtowi menyatakan bahwa bagi santri, Pancasila sudah tidak perlu diperbincangkan, apalagi diperdebatkan. Pasalnya, dalam kehidupan sehari-hari santri sudah mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
“Persoalan negara dengan berbagai pilar yang mendukungnya, bagi kalangan pesantren bukanlah perkara yang aneh. Sudah sejak lama NU memiliki prinsip dalam bela negara. Mbah Hasyim dahulu pernah mengeluarkan fatwa berjuang untuk membela negara akan mati syahid,” katanya.
Selanjutnya, ia menegaskan bahwa NU menjadi organisasi Islam yang pertama menerima asas tersebut. Pancasila adalah sumber daya ideologi yang dimiliki Indonesia, dan tidak semua negara memilikinya. Standar manusia Pancasila sangat dekat dengan santri, yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan, mandiri, bernalar kritis, berkebhinekaan global, bergotong royong, dan Kreatif.
Pada sesi diskusi, peserta merespon baik materi yang disampaikan oleh para pembicara sehingga berjalan dinamis hingga akhir acara.