Yogyapos.com (BANTUL) – Usia Nahdlatul Ulama (NU) lebih tua dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sepanjang 97 tahun, NU menunjukkan dirinya sebagai organisasi yang telah teruji dari berbagai sisi. Hal ini membuat NU semakin disegani oleh berbagai kalangan, tidak hanya dalam negeri, tapi juga dunia.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh senator Yogyakarta, Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A. dalam Upacara Peringatan Hari Lahir Nahdlatul Ulama ke-97 di Lapangan Sudarsono, Petir, Piyungan, pada Sabtu (07/03/2020) pagi.
Acara yang dimeriahkan oleh drumb band SMP Pembangunan dan MI Sanalul Ula Piyungan itu dihadiri pula oleh Jajaran Syuriah dan Tanfidhiyah MWC, Badan Otonom (Banom), Lembaga-lembaga di bawah NU Piyungan, dan siswa sekolah dari mulai TK hingga SMK.
Hadir pula pada kesempatan tersebut Kapolsek Piyungan, Danramil Piyungan, Lurah Desa Srimartani, dan anggota DPRD Bantul Mahmudin, S.P. dari fraksi PKB. Bertugas sebagai pasukan pengibar bendera adalah siswa SMK Ma’arif. Sementara untuk paduan suara diisi oleh siswa MTs Hasyim Asy’ari. Di akhir upacara, K.H. Samsul Hadi memimpin doa.
Di hadapan 3000 peserta upacara, Gus Hilmy menyampaikan bahwa usia NU memasuki usia 97 jika dihitung dari tahun Hijriah, dan usia 94 berdasarkan dari tahun Masehi. Menurutnya, yang lebih penting dari usianya yang sekarang adalah mempersiapkan kebangkitan kedua pada 100 tahun NU.
“Dan untuk menyambut 100 tahun NU, kita juga harus menyiapkan an-Nahdlah ats-Tsaniyah, kebangkitan kedua. Tidak ada kebangkitan kecuali dengan memperbaiki komitmen kita sebagai santri untuk nderek dan mituhu dawuh kiai yang merupakan waratsatul anbiya’ (pewaris para nabi). Demikian pula, para ulama kita harapkan ikut turun ke jalan, ke pasar, ke perkumpulan agar ada nuansa ulama terasa dalam tiap kehidupan sehari-hari. Dari sinilah, makna dari kebangkitan kedua,” kata Gus Hilmy yang bertindak sebagai inspektur upacara.
Lebih lanjut, Gus Hilmy berpesan bahwa dalam kehidupan berbangsa, yang terpenting adalah saling peduli dan menjaga kebersamaan. Gesekan-gesekan dalam kehidupan sehari-hari pasti ada, tetapi yang penting untuk selalu diupayakan adalah kepedulian dan kebersamaan.
“Inti kita berbangsa adalah kepedulian dan musyarakah (kebersamaan). Umur yang sudah setua ini semoga menjadi berkah bagi NU dan juga Bangsa Indonesia,” kata pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta itu.*
Simak dokumentasi videonya di bawah ini.