“Aku memang “dibentuk” oleh banyak orang. Tapi sungguh yang paling berpengaruh adalah bapakku. Beliau bukan sekadar orang tua kandungku, tapi juga guru terbesarku.”

– Dr. H. Hilmy Muhammad, MA. –

Membicarakan Gus Hilmy tentu tak bisa luput dari sosok Mbah Hasbullah, beliau adalah ayahanda dari Gus Hilmy. KH. M. Hasbullah Abdus Syakur, seorang ulama berasal dari Batealit, Jepara. Perjalanan beliau yang saat itu menjadi santri KH. Ali Maksum di Pondok Pesantren Krapyak, hingga akhirnya menjadi menantu Mbah Ali dengan menikah dengan salah satu putrinya, Ibu Hanifah Ali.

Perjuangan beliau berlanjut hingga menjadi pimpinan Madrasah Krapyak menggantikan Mbah Ali Maksum setelah wafat dan juga sempat saat itu digantikan oleh putra Mbah Ali, KH. Atabik Ali. Pimpinan Madrasah dari masa ke masa, setelah Mbah Hasbullah wafat digantikan oleh KH. Asyhari Abta, kemudian sampai saat ini madrasah di bawah pimpinan Gus Hilmy.

Mbah Hasbullah dengan Ibu Nyai Hanifah Ali dikaruniai empat anak, yaitu: KH. Hilmy Muhammad, KH. Afif Muhammad, KH. Zaky Muhammad, dan Ibu Nyai Maya Fitria. Keempatnya sekarang melanjutkan perjuangan beliau menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Krapyak.

Beliau adalah sosok yang penuh dengan keteladanan. Kepribadian beliau yang sampai saat ini masih melekat di hati para kerabat dan santri-santri tentunya. Cara beliau dalam mendidik para santri dengan kepribadian beliau yang begitu tegas, menjadikan kesan yang sampai sekarang masih sangat dikenang.

Dikisahkan oleh KH. Nilzam Yahya, santri yang sekarang menjadi menantu beliau, Mbah Hasbullah memiliki kewibawaan dan kharisma yang sangat luar biasa, bahkan bukan karena beliau mudah marah, beliau diam saja semua jajaran guru, santri, bahkan keluarga tidak ada yang berani dengan beliau karena kewibawaannya. Beliau tidak banyak bicara, mungkin karena kepintaran dan alimnya beliau.

“Mbah Hasbullah tidak pernah memuji anak yang pintar, tetapi yang taat. Karena bagi beliau, siapa yang taat maka dia dapat. Begitu beliau sangat menghargai ketaatan,” ungkap KH. Nilzam Yahya.

Menurut KH. Munawwir AF, selaku rekan beliau semasa mengabdi di Madrasah Krapyak, khususnya menjadi staf bagian administrasi dan saat itu Mbah Hasbullah masih membantu Mbah Ali Maksum menjadi staf bagian kurikulum, ada tiga kepribadian yang sangat mencolok dari sosok Mbah Hasbullah, yaitu kedisiplinan, ketekunan, dan adil.

Kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan pribadi yang sangat terlihat dari sosok Mbah Hasbullah. Perihal kedisiplinannya ini pasti akan menjadi memori yang paling teringat dan diakui oleh siapapun yang mengenal beliau. Seperti: beliau selalu tepat waktu dan tidak pernah terlambat ketika menghadiri suatu acara, selalu menyambut para guru Madrasah dan santri di pagi hari bahkan sebelum guru dan santri-santri datang ke Madrasah. Hal tersebut yang menjadikan beliau pantas dijadikan tauladan.

Adil

Pribadi ini terlihat ketika Mbah Hasbullah menakzir para santri, beliau menanganinya sendiri. Beliau dengan adilnya memberikan takziran kepada santri, sesuai dengan porsi kesalahan yang dilakukannya. Sedikit cerita yang dikisahkan oleh KH. Nilzam Yahya bahwa Mbah Hasbullah itu menakzir santri dengan bermacam-macam, terkadang ada takziran yang  unik seperti: mengelap pohon sawo, menyapu asrama putri bagi santri putra. Tidak perlu menunggu berkali-kali tidak mengaji, sekali tidak mengaji saja santri akan ditakzir.

Ketekunan

Dikisahkan oleh KH. Nilzam Yahya, setelah wafatnya Mbah Ali Maksum, beliaulah yang paling istiqomah mengajar santri mengaji bakda maghrib dan bakda subuh. Bahkan seluruh santri benar-benar diteliti kehadirannya. Bagi beliau, tidak ada kata untuk tidak mengajar ngaji.

“Mbah Hhasbullah sepertinya sangat menekuni bidang sesuai dengan jurusan syariah yang diambilnya di IAIN Sunan Kalijaga, dan Hukum Adat di UGM. Kemudian untuk kepribadiannya yang sangat disiplin itu menurut saya, mungkin karena ayahanda beliau di Jepara pada saat itu berprofesi sebagai petinggi. Kemungkinan pasti ada faktor didikan dari kedua orang tuanya.” Tutur KH. Munawwir AF atau kerap disapa dengan Pak Awing.

Mengenai kiprah Mbah Hasbullah di Nahdlatul Ulama, tak perlu diragukan lagi. Kesadaran berorganisasi telah terpupuk di dalam dirinya. Hingga akhir hayatnya,  beliau menjabat sebagai Ketua MUI Kab. Bantul dan Wakil Rois Syuriah PWNU DIY, jabatan yang sekarang juga dijabat oleh putra pertamanya, Dr. H. Hilmy Muhammad, MA. Sebagai kader yang paling menonjol, Gus Hilmy kemudian didelegasikan oleh NU untuk maju sebagai calon DPD RI mewakili masyarakat Yogyakarta. (Lu’lu’il Maknun)