Indonesia Sebagai Negara Religius

Pada Jumat, 24 Agustus 2023, suatu acara yang luar biasa digelar di aula Osis Putra Madrasah Aliyah Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, yaitu Seminar Kebangsaan dan Malam Kebudayaan. Acara ini merupakan wujud nyata dari semangat untuk mendalami tema “Indonesia Sebagai Negara Religius.”

Narasumber pertama yang hadir adalah Dr. KH. Hilmy Muhammad, MA, sosok yang tak hanya merupakan pengasuh Pondok Pesantren Krapyak, tetapi juga seorang Anggota DPD RI. Akrab disapa Gus Hilmy, beliau memberikan pencerahan tentang esensi Indonesia sebagai negara yang religius. Mengacu pada sila pertama Pancasila, yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa,” Gus Hilmy menyoroti bahwa Indonesia membangun dasar spiritualitas dalam identitasnya. 

Gus Hilmy menekankan pentingnya menjunjung tinggi nilai keragaman keyakinan yang dimiliki oleh warga negara Indonesia. Dalam sila pertama Pancasila, tergambar jelas komitmen untuk menghormati berbagai agama dan kepercayaan. Gus Hilmy membimbing hadirin melihat bagaimana jejak religiusitas tercermin dalam fondasi Pancasila itu sendiri.

Lebih jauh, Gus Hilmy menjelaskan bahwa baik orang Jawa, Sulawesi, Sumatra, dan daerah-daerah lain di Indonesia memiliki tanggung jawab untuk mengamalkan keyakinan kepada Tuhan. Dalam pandangan beliau, ketaatan beragama adalah salah satu ciri khas identitas bangsa yang harus dijaga dengan baik. Meskipun terdapat perbedaan keyakinan, penting bagi kita untuk saling menghargai dan menghormati agama orang lain.

Gus Hilmy mengajak hadirin untuk memahami nilai spiritual dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ia menyoroti pentingnya menjalankan ajaran agama dan tidak bertindak bertentangan dengan keyakinan masing-masing. Selain itu, beliau menekankan bahwa Indonesia adalah contoh harmoni antarumat beragama dan setiap warga negara memiliki kewajiban untuk menjaga dan memelihara kerukunan tersebut.

Sebagai warga Indonesia yang religius, kita semua memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan identitas dan nilai-nilai spiritual. Gus Hilmy menyampaikan pandangannya tentang bagaimana masalah seperti LGBT tidak sejalan dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dan ajaran agama. Ia mengajak audiens untuk memiliki pandangan dan sikap spiritual dalam kehidupan sehari-hari, dengan keyakinan bahwa keberadaan Tuhan tercermin dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kesehatan dan pendidikan.

Selanjutnya, Gus Hilmy menegaskan perlunya pendidikan agama dan moral tetap menjadi prioritas, terutama di lingkungan pesantren. Ia mengajak semua orang untuk tetap teguh pada iman dan keyakinan, bahkan dalam menghadapi cobaan dan kesulitan.

Dalam konteks ini, generasi muda memegang peran penting dalam membangun Indonesia yang lebih baik dan religius. Gus Hilmy menyebutkan bahwa menjaga nilai-nilai religius dan moralitas adalah suatu kewajiban. Ia mengakui bahwa semua ini merupakan hasil kerja keras dan kolaborasi dari orang tua, masyarakat, dan sejarah yang membentuk karakter bangsa. Oleh karena itu, Gus Hilmy mendorong generasi muda untuk meneruskan semangat ini agar dapat menjadi generasi yang lebih baik lagi. Seminar ini diharapkan menjadi tonggak awal dalam memperkuat nilai-nilai religius dalam kalangan generasi muda Indonesia.

Setelah paparan dari Gus Hilmy, giliran Narasumber Kedua, Miftakhul Khoir, atau lebih dikenal sebagai Miko Cak Coy, untuk memberikan penjelasan lebih mendalam tentang materi yang telah disampaikan narasumber pertama. Miko Cak Coy membawakan materi dengan cara yang lebih rinci dan memberikan ilustrasi nyata mengenai implementasi nilai-nilai religius dalam kehidupan sehari-hari.

Miko Cak Coy melibatkan audiens dalam sesi tanya jawab interaktif yang bermanfaat. Dalam interaksi ini, ia menggali lebih dalam tentang cara menerapkan nilai-nilai agama dalam dunia modern yang serba kompleks. Miko Cak Coy memberikan contoh konkret dan memberikan pandangan tentang bagaimana individu dapat membawa pengaruh positif melalui aksi-aksi kecil yang mengandung nilai-nilai religius.

Kehadiran hampir 1000 santri putra aliyah dalam acara ini memberikan semangat tersendiri. Acara semakin meriah dengan penampilan grup hadrah yang dilanjutkan dengan kasidah yang menyejukkan, menambah nuansa religius dalam suasana seminar.

Abdul Bashir selaku moderator menyimpulkan seminar ini bukan sekadar acara, melainkan momentum penting untuk merenungkan dan mengaplikasikan nilai-nilai religius dalam kehidupan sehari-hari. Dari pemaparan narasumber hingga interaksi dengan peserta, acara ini berhasil membangun pemahaman lebih dalam tentang esensi Indonesia sebagai negara religius dan betapa pentingnya peran kita dalam menerapkan nilai-nilai tersebut dalam tindakan kita sehari-hari.