JAKARTA (HARIAN MERAPI) – Perhatian pemerintah terhadap pendidikan bagi penyandang disabilitas telah diupayakan dengan berbagai cara. Dari mulai sekolah ekslusif (SLB) hingga hingga inklusi (sekolah umum/reguler). Akan tetapi, yang menjadi persoalan kemudian adalah pascasekolah. Ke mana siswa penyandang disabilitas setelah lulus?
Bagi siswa di sekolah umum, tentu tidak masalah setelah tamat sekolah. Terdapat banyak kesempatan di berbagai bidang. Pemerintah pun telah menyiapkan infrastruktur dan program untuk menyembut kelulusan mereka. Bahkan bagi yang bersekolah di SMK, sudah dipersiapkan untuk segera bekerja.
Berbeda dengan penyandang disabilitas yang memiliki gerak dan ruang terbatas. Tidak banyak yang melanjutkan ke perguruan tinggi karena kesulitan dari sisi finansial, dan untuk bekerja pun masih dipandang sebelah mata. Meski telah muncul kebijakan untuk mempekerjakan penyandang disabilitas, namun kuotanya cenderung sedikit.
Keprihatinan ini disampaikan anggota DPD RI DR H Hilmy Muhammad MA ketika rapat Komite III DPD RI bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Anwar Makarim BA MBA, di Lantai 3 Gedung B DPD RI, Rabu (12/2).
Rapat yang dipimpin Ketua Komite III DPD RI Bambang Sutrisno tersebut dalam rangka untuk mempertajam dan memberikan masukan kepada Kemendikbud terkait program kerja tahun 2020.
Program kerja tersebut semestinya dilakukan secara merata dan setara. Tidak ada pembedaan satu kelompok dengan kelompok lainnya. Tidak terkecuali bagi para penyandang disabilitas. Mereka mestinya juga menjadi sasaran program pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud.
“Siswa penyandang disabilitas, setelah sekolah di SLB itu mau kemana? Hal ini penting karena menyiapkan mereka untuk merdeka sebagaimana misi Mas Menteri. Kita harus menyiapkan mereka untuk siap dengan pembangunan dan globalisasi. Kalau ini bisa ditangani, tentu saja bisa menjadi upaya untuk mengurangi angka kemiskinan,” kata Senator yang akrab disapa Gus Hilmy tersebut.
Dalam rapat tersebut, karena singkatnya waktu, pihak Kemendikbud mencatat masukan tersebut untuk diteruskan dalam rapat internal mereka. Namun sebagai gambaran umum, Menteri Nadim Makarim menjelaskan bahwa pendidikan kita saat ini adalah pendidikan di kolam renang, namun yang dihadapi setelahnya adalah lautan yang luas. Pihaknya telah menyiapkan program yang sekiranya siswa dapat menghadapi gelombang, badai, ikan buas, dan lain sebagainya. (*)