Sleman, sahabatgushilmydepok.blogspot.com – Sabtu sore (10/11), mendung tebal menyelimuti wilayah Sleman, tak terkecuali di daerah Pomahan, Maguwoharjo. Sebelum Maghrib tiba, beberapa Sahabat Gus Hilmy telah berada di Masjid Babussalam dan bercengkerama dengan Kyai Sofa bin Kyai Muhsin (tokoh masyarakat).

Ketika adzan berkumandang, datanglah Gus Hilmy dan istri beserta rombongan dari Krapyak. Kyai Sofa lalu berdiri di depan jamaah dan meminta untuk tidak meninggalkan masjid setelah wirid nanti, juga meminta Gus Hilmy untuk mengimami shalat Maghrib sekalian memberikan tausiyah setelah selesai wirid.

Dalam tausiyahnya Gus Hilmy menyampaikan beberapa hal yang sangat penting.

Pertama, dalam surat Ali ‘Imran ayat 164, Allah menegaskan bahwa Allah telah memberikan anugerah yang tak mungkin kita bisa membalasnya karena besarnya anugerah itu. Peparing yang tak mungkin saget kito wales. Idz ba’asa fiihim Rosuulan. Anugerah itu berupa Allah mengutus Rasulullah Saw.

Kelanjutan ayat, yatluu ‘alaihim aayaatih, yaitu berupa wahyu al-Qur’an dan hadits, di mana fungsi dari wahyu tersebut adalah yuzakkiihim, untuk membersihkan, menyucikan. Wa yu’allimuhumul kitaaba walhikmah, Nabi juga sebagai rahmat yang mengajarkan al-Qur’an dan hikmah. Orang-orang yang sesat pun ketika mereka mau mengikuti Nabi yang membawa rahmat, tentu mereka akan menjadi bersih. Inilah makna Nabi sebagai rahmat.

Kedua, di antara rahmat keberadaan Nabi Muhammad Saw. adalah dahulu kalau orang kena najis, tempat yang najis harus dicuwik, dengan datangnya Nabi cukup berwudhu menjadi suci. Dulu seorang janda yang ditinggal suaminya tidak boleh menikah lagi, dengan datangnya Nabi, boleh menikah lagi dengan syarat habis masa iddahnya.

Di antara rahmat datangnya Nabi Saw. yang lain lagi adalah, “Barang siapa mengucap Laa ilaaha illallah di akhir hidupnya maka ia masuk surga.” Dalam sebuah hadits, sebab wudhu, dosa-dosa rontok berguguran. Dengan bersalaman, dosa sesama pun berguguran.

Hal itu semua merupakan wujud bahwa hadirnya Rasulullah membawa rahmat. Dan, dari semua itu rahmat yang terbesar adalah syafaat Kanjeng Nabi. Apa makna syafaat?

Syafaat itu gegenep, pelengkap. Semisal kita mau nonton bola, harga tiketnya Rp.20 ribu, padahal kita hanya punya uang Rp.15 ribu, maka syafaat itu digenapi seseorang menjadi Rp.20 ribu. Begitulah kiranya tiket surga, semisal kita tidak layak untuk memasukinya, sebab disyafaati Rasulullah maka kita menjadi bisa memasukinya.

Ketiga, Gus Hilmy menukil kata-kata Imam Syafi’I, “Uhibbus shoolihiina wa lastu minhum, la’alli an anaala bihim syafaa’atun.” Aku mencintai orang-orang shalih, meskipun aku bukan golongan mereka. Semoga sebab mencintai mereka, kelak aku mendapatkan pertolongan mereka. Apalagi, jika yang kita cintai adalah Rasulullah Saw.

Bermunajat dalam Tangis Tersedu-sedu

Setelah menyampaikan tausiyah, Gus Hilmy dan jamaah masjid berkumpul di serambi. Kyai Sofa kemudian berdoa dengan diawali tawasul yang panjang dan doa munajat yang panjang sambil menangis sesunggukan. Pada saat bersamaan, hujan deras seakan tumpah ruah dari langit membasahi bumi. Sahabat Gus Hilmy yang hadir, di antaranya ada KH. Soliman, H, Fauzi, Kyai Alwi, Pak Rismanto, Pak Shodiq, bersama jamaah pun larut dalam tangis mendoakan Gus Hilmy.

Tak lama setelah itu, adzan berkumandang menunjukkan Isya’ telah datang. Kyai Sofa pun meminta Gus Hilmy untuk mengimami shalat Isya’. Setelah Isya’, Gus Hilmy undur diri melanjutkan perjalanan menuju Cangkringan dalam acara istighosah doa untuk kemenangan.

Sahabat Gus Hilmy mengantar kepergian Gus Hilmy sambil berucap dalam hati, “Selamat berjuang Gusku. Selamat berjuang sahabat wong cilik. Semoga doa-doa kita dikabulkan.”