“Anak saya tiga. Yang dua sudah menikah, satunya lagi masih kuliah di Inggris. Jika membayangkan perjuangan dulu, saya ini PNS yang tidak punya uang. Apalagi ketika pensiun. Namun saya niatkan untuk mengabdi kepada bangsa ini melalui jalur politik. Dengan usaha dan upaya yang kuat, akhirnya saya mendapatkan kepercayaan masyakarat,” ungkap Bambang Sutrisno dalam Dialog Santri dengan tajuk Refleksi Sumpah Pemuda, Santri dan Pancasila (28/10/2019).
Acara yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian Santri Nusantara (LKSN) di Kompleks H, Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta ini menghadirkan pula pembicara lain Evi Zainal Abidin, B.Comm dan Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A.
Bambang merupakan santri pada tahun 1970an. Meski demikian, amalan-amalan sebagai santri masih ia lakukan hingga kini. Ia juga menyakini bahwa apa yang ia raih saat ini tidak terlepas dari keberkahannya ketika mondok dulu.
Menanggapi soal tema diskusi, Bambang mengungkapkan perbedaan pendidikan di masa lalu dan sekarang. “Terasa sekali bahwa nilai-nilai Pancasila sudah mulai luntur, bahkan pelajaran di sekolah tidak lagi sekuat dulu. Lalu sebagai generasi muda, kita memiliki peluang agar tidak putus dalam perjuangan,”
Menurut Bambang, Pancasila memiliki nilai-nilai yang sangat kuat yang tidak didapatkan di negara-negara lain. Nilai-nilai Pancasila bisa menyatukan dari Sabang sampai Merauke. Kita harus menjaganya sehingga bisa abadi.
Seperti yang pernah ia perjuangankan, dalam konteks Sumpah Pemuda, seorang pemuda harus mencari peluang-peluang, apalagi sekarang. Mari kita bagikan semangat sumpah pemuda di mana pun berada dan dalam bentuk apa pun.